Sunday, March 24, 2013

FLOATING MARKET LEMBANG : Pasar terapung di tengah kota

Kian hari kian sedikit situ, atau danau yang masih bertahan di kota besar, terutama yang dekat ke pusat kota. Sebagian sudah beralih fungsi menjadi permukiman  atau pertokoan. Tengok saja Situ Aksan, salah satu peninggalan Danau Bandung Purba yang sekarang hanya tersisa dongengnya saja karena sudah berubah menjadi real estate.

Di Lembang, tak jauh dari pusat kotanya ada dua situ yang cukup besar, yakni Situ Umar, dan Situ Karang Putri. Keduanya masih bisa bertahan dan masih ramai dikunjungi karena menjadi arena pemancingan.

Situ Umar ini sebenarnya merupakan salah satu bagian lereng dari patahan Lembang yang masih aktif bergerak hingga kini. Para peneliti LIPI sebagaimana yang mungkin pernah Anda lihat di program acara Cincin Api, KompasTV  telah menemukan fakta tanah yang berlapis-lapis di Situ tersebut, yang diduga akibat gempa bumi yang terjadi berulang kali.

Situ Umar - Pasar Terapung

Jajaran perahu pedagang di Floating Market Lembang
di kawasan Situ Umar, 

Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Situ Umar tersebut ternyata diubah menjadi tempat wisata pasar terapung yang dinamakan “Floating Market Lembang.” Ada perasaan senang tentunya karena danau tersebut akhirnya bisa bertahan keberadaannya. Semoga saja aktivitas wisatawan yang akan datang ke Situ Umar nantinya tidak banyak merubah ekosistem yang ada di dalamnya.

Konsep desain Floating Market ini adalah seperti sebuah desa yang memiliki danau. Di sekitarnya ada gazebo, pusat jajanan, kebun strawberry dan sayuran, factory outlet serta wahana air.  Tiket masuk per orangnya adalah 10 ribu rupiah. Dari gerbang masuk ke tempat jajanan atau wisata air Anda bisa berjalan kaki atau menyeberang dengan perahu dengan tarif 1000 rupiah/orang.

Wisatawan memilih suvenir yang dijajakan
pada salah satu warung terapung
di Floating Market Lembang di kawasan Situ Umar
 Berada dalam kawasan seluas 7 hektar, sambil menikmati panorama danau dan hijaunya pepohonan Anda bisa menikmati kuliner lokal maupun mancanegara. Ada juga yang menjual asesoris atau barang-barang kerajinan. Sebagaimana di pasar terapung lainnya, para penjual di sini berdagang dengan menggunakan perahu, hanya bedanya konsumen di Floating Market Lembang belum bisa berbelanja lewat perahu seperti di tempat lain.


Transaksi dengan koin


Salah satu hal yang menarik dari tempat  wisata ini adalah cara bertransaksinya yang menggunakan koin. Anda tidak bisa membeli sesuatu langsung dengan uang, namun harus terlebih dahulu menukarkannya ke dalam koin. Ada beberapa  nominal koin yang bisa Anda beli: 5 ribu, 10 ribu, 50 ribu, atau 100 ribu rupiah.


Koin tersebut nantinya bisa digunakan untuk membeli jajanan atau menyewa perahu untuk berwisata air di Situ Umar. Hanya saja Anda mesti cermat dalam membeli koin tersebut, karena koin yang sudah dibeli tidak dapat ditukarkan lagi. Lebih baik membeli secukupnya, kalau kurang baru ditambah lagi.


Wahana air

Selain menawarkan wisata kuliner, di tempat ini Anda juga bisa mengajak anggota keluarga untuk menikmati wahana air. Ada berbagai jenis kendaraan yang bisa disewa untuk menjelajahi atau “lalayaran” di Situ Umar ini. Anda bisa  memilihnya sesuai selera: ada perahu dayung, sepeda air, atau perahu kayuh. Harga sewanya ada di kisaran 50 ribu hingga 70 ribu koin/30 menit. Memang cukup mahal juga, namun satu perahu bisa muat untuk satu keluarga “kecil.”



So, selamat menikmati Sisi Kota Bandung be careful & always enjoy it....






Friday, March 22, 2013

Sanghyang Tikoro : Goa Mitos yang Terlupakan

Belum banyak orang yang pernah berkunjung ke Goa Sanghyang Tikoro. Alasannya karena pertama, lokasinya yang agak tersembunyi sehingga lumayan sulit untuk menjangkaunya. Kedua, goa ini menyimpan banyak misteri dan mistis sehingga konon belum ada orang yang masuk kedalamnya. Sampai kini goa ini masih “perawan”, dalam arti belum ada seorang pun yang mengetahui ihwal berapa meter panjangnya Sanghyang Tikoro ini.


Berjuta Misteri
Menurut beberapa keterangan, konon, orang yang berkunjung ke Goa Sanghyang Tikoro tak hanya menikmati keajaiban alam yang indah dan panorama lainnya yang memesona, namun ada tujuan lain. Di malam-malam tertentu, seperti Kamis Kliwon atau Selasa Kliwon, menurut beberapa sumber, seringkali terlihat beberapa orang yang melakukan semedi atau bertapa di atas atau dipinggir Sanghyang Tikoro.

Sebagaimana telah disebutkan tadi, saking misteriusnya, sampai kini belum ada orang yang bisa memastikan secara valid berapa panjangnya Sanghyang Tikoro. Ada cerita yang menyebut bahwa goa ini memiliki panjang sampai 800 meter. Sanghyang Tikoro dimasuki oleh air Sungai Citarum dimana air yang masuk tersebut ternyata tak sepenuhnya kembali ke sungai tersebut, melainkan ada sebagian yang menyerap ke dalam tanah. Karena itulah, disebut sebagai Sanghyang Tikoro.
Ada beberapa versi ihwal asal muasal Sanghyang Tikoro ditinjau dari beragam sumber. Menurut kacamata ilmiah, Sanghyang Tikoro terbentuk sebagai akibat dari meletusnya Gunung Sunda. Dahsyatnya letusan mengakibatkan seluruh permukaan badannya hancur tak bersisa.  Setelah letusan, yang tersisa hanyalah lubang-lubang lekukan yang dalam dengan muntahan laharnya sangat panas.
Karena banyak mengeluarkan lahar panas, menyebabkan sungai di daerah Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar dingin. Lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang kemudian populer dengan sebutan Talaga Bandung.
Luas Talaga Bandung, menurut data panjangnya mencapai sekitar 6 km dan lebarnya sekitar 15 km. Tanah di Padalarang dan Cililin umumnya mengandung kapur. Namun, sedikit demi sedikit akhirnya terkikis membentuk lubang aliran yang kelak kemudian dikenal sebagai Sanghyang Tikoro.
Pengalaman berkunjung ke Sanghyang Tikoro. Klik here
So, selamat menikmati Sisi Kota Bandung be careful & always enjoy it....