Sesuai dengan namanya, pasar ini menjual segala barang-barang bekas pakai. Di samping itu, pasar ini dijamin menjadi surga bagi Anda yang ahli dalam tawar-menawar.
Lokasinya yang tak jauh dari Taman Tegal Lega memudahkan Anda untuk menemukan para pedagang loak ini. Display barang bekas pun menjadi pemandangan yang pasti membuat hati para pembeli kepincut untuk sekedar melihat-lihat.
Pedagang-pedagang barang loak ini membuka lapaknya di sepanjang Jalan Astana Raya hingga Jalan Pajagalan, Tegal Lega, Bandung. Bagi pembeli yang membawa kendaraan pun tak perlu khawatir karena dagangan yang ditaruh di sisi jalan sama sekali tak mengganggu arus lalu lintas di sekitarnya.
Sembari jalan-jalan dan menikmati barang loak, pembeli juga dapat membawa pulang barang-barang tersebut dengan harga yang sangat murah.
Barang-barang loak yang dijejerkan oleh penjual pun beragam dari mesin tik, radio, televisi mini, kompor gas, nintendo, kipas angin, sepeda, kamera analog, keranjang bayi, rice cooker, hingga kloset duduk pun ada di sini.
Tak hanya barang-barang rumahan, pedagang barang loak ini juga menawarkan segala macam aksesoris kendaraan bermotor, aksesoris telepon genggam, samurai serta barang-barang antik seperti lukisan, perkakas, dan peralatan dapur dari logam.
Dengan harga yang sangat murah, pembeli bisa dengan bebas memborong barang-barang yang disenanginya.
Di sini, pembeli tak perlu malu untuk memegang atau mencobanya terlebih dahulu karena pedagang loak di sini dengan senang hati mempersilahkan pembeli untuk menjajalnya.
Harga yang dibanderol untuk barang-barang loak ini pun bervariasi mulai Rp1000 hingga Rp300.000. Meski barang loak tersebut telah dibanderol oleh sang penjual, namun pembeli bisa saja melakukan negosiasi atau tawar-menawar secara habis-habisan.
Sebagai contoh, sebuah dispenser di salah satu lapak pedagang loak dibanderol Rp25.000. Harga tersebut merupakan harga awal yang diberikan penjual kepada calon pembeli.
Pedagang-pedagang loak di sini mengaku mengambil semua barangnya dari perabotan-perabotan rumah tangga yang sudah tak dipakai oleh pemiliknya. Selain itu, mereka juga mengambil barang dari tempat yang disebut bandar loak.
Bandar loak adalah mereka yang mengumpulkan barang loak dan dijual kembali dengan gerobak.
Iim, salah seorang pedagang loak yang mangkal di pertigaan Jalan Pajagalan mengaku mengambil barang-barang bekas dari tetangga atau kerabatnya.
“Saya mengumpulkan barang bekas dari tetangga yang ingin pindah rumah,” katanya sambil merapi-rapikan barang kulakannya.
Pedagang-pedagang loak di sini umumnya sudah membuka lapaknya sejak zaman Soeharto.
“Saya menjual barang-barang bekas atau loak ini sejak tahun 1997,” lanjutnya.
Meski barang loak yang ditawarkan sangat murah, namun pendapatan pedagangnya sendiri pun tak menentu. “Kadang-kadang sehari dapat Rp30.000 atau malah nggak dapat sepeser pun,” katanya.
Dia mengatakan, pembeli tak harus membeli barang yang baru dengan harga mahal. Di sini, segala jenis barang pun bisa didapatkan dengan harga yang timpang.
“Kebanyakan pembeli lebih memilih barang bekas daripada barang baru, kemudian diservis atau dibersihkan kembali,” katanya.
Pedagang loak lainnya, Ervan, mengaku jika kualitas barang-barang loak di sepanjang jalan ini tak kalah dari produk China.
“Barang China memang murah, tapi biasanya tidak tahan lama,” katanya sambil memungut salah satu barang dagangannya.
Dari segi aktivitas, pedagang loak di sini tak memiliki batas waktu tertentu untuk membuka dan menutup lapaknya. Oleh karena itu, pembeli tak perlu terburu-buru dalam menawar dan membeli barang loak tersebut.
Dengan kata lain, di pasar loak ini pembeli bisa menghemat isi dompet untuk membeli kebutuhan rumah tangga atau sekedar mengoleksi barang-barang loak yang unik sebagai hiasan arsitektur di dalam rumah.
Click here
So, selamat menikmati Sisi Kota Bandung be careful & always enjoy it....
No comments:
Post a Comment