Gunung Malabar merupakan sebuah gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung dengan titik tertinggi 2,343 meter di atas permukaan laut. Malabar merupakan salah satu puncak yang dimiliki Pegunungan Malabar. Beberapa puncak yang lain adalah Puncak Mega, Puncak Puntang, dan Puncak Haruman. Gunung Malabar mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Malabar identik dengan perkebunan teh yang didirikan oleh Bosscha.
Namun, sesungguhnya jauh sebelum bangsa Eropa datang di Tatar Sunda, nama Malabar sudah dikenal dan diabadikan dalam nama kerajaan. Kerajaan Malabar (abad IV-V M) adalah satu di antara 46 kerajaan wilayah di bawah Kerajaan Tarumanagara, seperti yang tercantum dalam pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara, yang merupakan prosiding seminar yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Keraton Cirebon tahun 1677 M.
Kapan Gunung Malabar aktif dan kemudian ambruk, masih menyimpan teka-teki. Banyak pendapat mengenai hal ini, tetapi belum ada yang menyintesiskan dengan baik, masih berupa kepingan-kepingan yang terpisah. R. Soeria-Atmadja, et al. (1991) dalam tulisannya, The Tertiary Magmatic Belts in Java, menulis bahwa gunung ini aktif antara 4,4 – 2,6 juta tahun yang lalu. Kemudian, Edy Sunardi (1996) dalam disertasinya, “Magnetic Polarity Stratigraphy of the Plio-Pleistocene Volcanic Rocks around the Bandung Basin, West Java, Indonesia”, diketahui umur aliran lava di kaki Gunung Malabar, yaitu di tiga tempat di Gunung Koromong, Baleendah, hasilnya menunjukkan bahwa lava di sana berumur 3,40, 3,07, dan 2,87 juta tahun yang lalu.
Dalam peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk yang dibuat M. Alzwar, N. Akbar, dan S. Bachri (1992), dapat kita amati penampang yang memotong Gunung Malabar, di sana terlihat bahwa gunung ini terbangun di antaranya oleh aliran lava yang mengalir hingga ke utara, seperti yang diukur oleh Edy Sunardi, kemudian diikuti letusan yang menghasilkan material yang berupa perselingan lava, breksi, dan tuf yang ketebalannya antara 500 – 1.000 meter lebih dengan radius 15 km, yang terjadi pada awal Plistosen.
Artikel ini diambil dari klik di sini
Artikel ini diambil dari klik di sini
No comments:
Post a Comment